ILUSTRASI
JAKARTA, MEDIA INFORMASI — Malang nian nasib Chyntia
Apriliani. Gadis cilik berusia 10 tahun itu menjerit-jerit kesakitan
akibat pinggang dan perut sebelah kanannya melepuh. Ternyata, luka itu
akibat tersiram air panas yang dilakukan Dina Hutasoit (30), ibu
kandungnya sendiri.
Peristiwa memilukan itu terjadi di sebuah
rumah kontrakan milik Hidayat (31), suami kedua Dina, alias ayah tiri
Chyntia, Sabtu (28/4/2012) sekitar pukul 09.30. Rumah kontrakan
sederhana itu terletak di Gang Asmin RT 06 RW 03 Susukan, Ciracas,
Jakarta Timur.
Saat ditemui di rumah kontrakannya, Senin (30/4/2012), kepada
Kompas.com,
bocah yang telah putus sekolah sejak setahun lalu tersebut
mengungkapkan kekecewaannya terhadap sang ibu. "Waktu itu di rumah ada
mama, Chyntia sama adiknya kakek. Mama marah karena topi mama dibuang
sama Sigit (adiknya), dibuang di lubang. Chyntia
dipukulin dulu
pake gagang sapu badan sama kaki, tiba-tiba mama
nyiram air, sakit," katanya.
Setelah
disiram air panas ibunya, kulit bagian pinggang, perut, serta pangkal
paha sebelah kanan Chyntia seketika melepuh. Karena merasa kesakitan
yang tak tertahankan, bocah malang itu lari keluar rumah sambil
menjerit-jerit. Para tetangga yang mendengar teriakan Chyntia langsung
mencari tahu apa yang terjadi.
Mereka baru menyadari ketika
melihat bocah itu berjalan menuju luar rumah sambil menangis. Para
tetangga yang peduli langsung melarikan bocah malang itu ke Rumah Sakit
Pasar Rebo untuk mendapatkan pertolongan.
Chyntia merupakan anak
pertama Dina Hutasoit dari suami pertamanya, Supri, warga Gabus,
Babelan, Bekasi. Chyntia sebenarnya ingin disekolahkan oleh Supri di
Bekasi, tetapi sejak memasuki kelas III SD, Chyntia dibawa oleh ibunya
dan tinggal bersama dengan Hidayat, suami kedua Dina. Dengan suami
keduanya, Dina memiliki dua anak, yaitu M Deri Saputra (5) dan Sigit
(1,5).
Fatimah (61), nenek Chyntia yang tinggal di dekat rumah
keluarga tersebut, mengungkapkan, Dina kerap melakukan tindakan
kekerasan terhadap anaknya. Bahkan hanya karena alasan sepele, Dina yang
diketahui sehari-hari bekerja di sebuah kafe di bilangan Cipayung,
Jakarta Timur, tersebut tega menghajar anaknya sendiri dengan sapu atau
tangan kosong. "Iya, sering marah-marah sendiri," ujarnya.
Fatimah
mengatakan, alasan yang dikatakan Dina hingga tega menyiram Chyntia
dengan air panas merupakan omong kosong. Dia mengatakan, alasan bahwa
Dina melakukan itu karena Chyntia merengek meminta susu atau alasan
ekonomi adalah upaya menutupi kesalahannya.
"Bohong itu, mana ada anak segede ini minum susu. Itu supaya dia enggak
disalah-salahin saja, semua omong kosong," ujarnya.
Sehari
setelah kejadian, Dina diketahui pergi ke rumah saudaranya di daerah
Kalideres untuk meminta bantuan pengobatan. Hingga Senin siang, Dina
belum kembali ke rumah kontrakannya. Oleh sebab itu, Chyntia dijaga oleh
sang nenek dan keluarga di sekitarnya.
Chyntia mengaku tak bisa
melupakan peristiwa yang menimpanya. Meski mengaku ada sedikit rasa
benci dengan ibunya, naluri rindu sang anak ingin bertemu dengan ibunya
membuncah dalam hatinya.
"Benci sama mama, galak. Tapi mau ketemu sama mama. Mau minta duit buat berobat," ujarnya polos.
Fatimah
mengungkapkan kebingungannya untuk biaya berobat sang cucu. Pekerjaan
Hidayat yang hanya seorang kuli bangunan dirasa tak cukup untuk
membiayai Chyntia hingga sembuh. Sejak pertama kejadian, ia telah
membawa Chyntia ke dokter di Rumah Sakit Pasar Rebo dua kali.
"Ke
dokter habis Rp 250.000 sama obat, kemarin berobat Rp 360.000. Buat
biaya ke dokter ya kami pinjam uang masjid Rp 500.000. Ya namanya kami
orang begini, Mas, mau dari mana lagi?" ujarnya.
Kini, Fatimah
hanya bisa pasrah dengan keadaan. Pihak kepolisian dari sektor Ciracas
yang sesaat setelah kejadian berada di lokasi tidak mengamankan Dina.
Dengan disaksikan Ketua RW 03 Susukan, Dina berjanji dan membuat
pertanyaan bahwa tidak akan mengulangi perbuatan kasarnya terhadap sang
anak.